15
AL IMAM ISA AR-RUMI Abu Muhammad Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja’far al-Shaddiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau seorang imam besar ilmu agama, dibesarkan dan di didik ilmu hadits, ilmu fiqih dan ilmu agama lain oleh ayahnya Imam Muhammad bin Ali al-Uraidhi. Imam Isa bin Muhammad mempunyai kulit berwarna putih kemerah-merahan yang merupakan sebaik-baiknya warna, sebagaimana perkataan Imam Ali bahwa warna kulit Rasulullah adalah putih kemerah-merahan. Beliau juga dinamakan al-Rumi dan al-Naqib, karena beliau mempunyai rupa putih kemerah-merahan seperti pria yang berasal dari negeri Rum, sedangkan sebutan al-Naqib disebabkan kedudukannya sebagai pemimpin para kaum syarif yang selalu menjaga dan menjamin keamanan kaumnya, nama beliau juga merupakan nama salah satu nabi yaitu nabi Isa alaihi salam. Adapun gelar yang lain yaitu al-Azraq, karena beliau mempunyai mata yang berwarna biru. Imam Isa bin Muhammad wafat sekitar tahun 270 hijriyah di Basrah, Iraq. Imam al-Rumi dikaruniai tiga puluh orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan, diantaranya adalah Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan nenek moyang kaum Alawiyin di Hadramaut. Adapun anak laki- laki Imam Isa al-Rummi adalah : a. Abdullah, Abdurahman, Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ahwal, Abdullah al-Asghor, Daud, Yahya, Ali, Abbas, Yusuf, Hamzah, Sulaiman. Mereka tidak mempunyai keturunan b. Ismail, Zaid, Qasim, Hamzah, Harun, Yahya, Ali, Musa, Ibrahim, Ja’far, Ali al- Asghor, Ishaq, Husin, Abdullah, Muhammad, Isa, Ahmad al- Muhajir. AL IMAM AHMAD AL MUHAJIR

AL IMAM ISA AR-RUMI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Abu Muhammad Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja’far al-Shaddiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib

Citation preview

Page 1: AL IMAM ISA AR-RUMI

AL IMAM ISA AR-RUMIAbu Muhammad Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja’far al-

Shaddiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau seorang imam besar ilmu agama, dibesarkan dan di didik ilmu hadits, ilmu fiqih dan ilmu agama lain oleh ayahnya Imam Muhammad bin Ali al-Uraidhi.

Imam Isa bin Muhammad mempunyai kulit berwarna putih kemerah-merahan yang merupakan sebaik-baiknya warna, sebagaimana perkataan Imam Ali bahwa warna kulit Rasulullah adalah putih kemerah-merahan.

Beliau juga dinamakan al-Rumi dan al-Naqib, karena beliau mempunyai rupa putih kemerah-merahan seperti pria yang berasal dari negeri Rum, sedangkan sebutan al-Naqib disebabkan kedudukannya sebagai pemimpin para kaum syarif yang selalu menjaga dan menjamin keamanan kaumnya, nama beliau juga merupakan nama salah satu nabi yaitu nabi Isa alaihi salam. Adapun gelar yang lain yaitu al-Azraq, karena beliau mempunyai mata yang berwarna biru. Imam Isa bin Muhammad wafat sekitar tahun 270 hijriyah di Basrah, Iraq.

Imam al-Rumi dikaruniai tiga puluh orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan, diantaranya adalah Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan nenek moyang kaum Alawiyin di Hadramaut. Adapun anak laki-laki Imam Isa al-Rummi adalah :

a. Abdullah, Abdurahman, Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ahwal, Abdullah al-Asghor, Daud, Yahya, Ali, Abbas, Yusuf, Hamzah, Sulaiman. Mereka tidak mempunyai keturunan

b. Ismail, Zaid, Qasim, Hamzah, Harun, Yahya, Ali, Musa, Ibrahim, Ja’far, Ali al- Asghor, Ishaq, Husin, Abdullah, Muhammad, Isa, Ahmad al-Muhajir.

AL IMAM AHMAD AL MUHAJIR

Page 2: AL IMAM ISA AR-RUMI

Al-Imam Ahmad Al-Muhajir (820-924) Juga dikenal dengan panggilan Al-Imam Ahmad bin Isa merupakan keturunan Ali bin Abu Thalib dan Fatimah az-Zahra. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib. Diriwayatkan bahwa ia lahir pada tahun 241 Hijriyah (820 Masehi) walaupun ada pula yang menyebut 260 Hijriyah.Hijrah ke Hadramaut

Imam Ahmad bin Isa dinamakan Al-Muhajir karena ia meninggalkan Basrah, Irak pada zaman pemerintahan Khalifah Abbassiyah yang berpusat di Baghdad, pada tahun 317H (896 M). Mula-mula ke Madinah dan Mekkah, kemudian pada tahun 318 H dari Mekkah ke Yaman kurang lebih sekitar tahun 319 H.

Beliau berhijrah disebabkan karena banyaknya fitnah yang terjadi di Irak pada waktu itu. banyak para Ahlul Bait keturunan Rasulullah diburu atau bahkan dibunuh karena pemerintah khawatir kalau mereka mau mengambil-alih kekuasaan. Imam al-Muhajir adalah orang pertama yang datang ke Hadramaut berserta keluarganya yang berjumlah 70 orang. Ikut serta dalam perjalanan adalah anaknya yang bernama Ubaidillah dan ketiga cucunya; Alwi, Jadid dan Basri.

Ia wafat pada tahun 345h (924 M) di Husayyisah, sebuah kota antara Tarim dan Sewun, Hadramaut. Makamnya di atas sebuah bukit umumnya salah-satu yang pertama kali diziarahi oleh para pengunjung yang datang ke Hadramaut.Keturunan dan statusImam Ahmad al-Muhajir wafat pada tahun 345 Hijriyah, dan dikarunia keturunan:

1. Muhammad (Keturunannya tersebar di negri Baghdad )2. Abdullah / Ubaidillah (Abu Alawy). Lahir di Basrah dan meninggal

pada 383 H di Somal, Yaman.1. Basri2. Jadid 3. Alwi al-Awwal

1. Muhammad1. Alwi ats-Tsani

1. Salim2. Ali Khali' Qasam

1. Muhammad Shahib Mirbath2. Abdullah3. Husain

Page 3: AL IMAM ISA AR-RUMI

Semua para sayyid dari keluarga BaAlawi, Hadramaut bernasab kepadanya. Sebagian besar para Walisongo di Indonesia juga adalah keturunan Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa.

Imam Ahmad Al-Muhajir ialah seorang Imam Mujtahid, yang lebih banyak diikuti daripada mengikuti.Gelar al-Muhajir.

Para ahli sejarah sepakat memberi gelar al-Muhajir hanya kepada Imam Ahmad bin Isa sejak hijrahnya dari negeri Iraq ke daerah Hadramaut. hanya Imam al-Muhajir yang khusus menerima gelar tersebut meskipun banyak pula orang-orang dari kalangan ahlul bait dan dari keluarga pamannya yang berhijrah menjauhi berbagai macam fitnah dan berbagai macam gerakan yang timbul.

Di namakan al-Muhajir, karena beliau hijrah dari Basrah ke Hadramaut karena sebab-sebab perbaikan yang diperlukan, diantaranya adalah mencari ketenangan demi menyelamatkan agamanya dan agama para pengikutnya ke tempat yang aman. Hijrah yang dilakukan oleh al-Muhajir bukanlah sesuatu yang baru, tetapi merupakan hal yang biasa dilakukan oleh sepuluh pemimpin dari kalangan keluarga Nabi saw, seperti Rasulullah saw dan keluarganya yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, Imam Ali bin Abi Thalib hijrah dari Hijaz ke Iraq, yang diikuti oleh anak dan cucunya setelahnya seperti Imam al-Husein bin Ali, Zaid bin Ali bin Husein, Muhammad al-Nafsu al-Zakiyah bin Abdullah al-Mahdh bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib serta saudaranya Ibrahim dan Idris, kakek Bani Adarisah di Maghrib dan lainnya.

Sedangkan al-Muhajir hijrah dari Basrah ke Hadramaut disebabkan timbulnya fitnah, bencana dan kedengkian yang telah mewabah pada masyarakat Iraq, berkuasanya para ahli bid’ah dan banyaknya penghinaan terhadap para syarif Alawiyin, dan beratnya berbagai tekanan yang mereka rasakan, banyaknya para pencuri dari kalangan orang-orang hitam, dan perbuatan yang tidak pantas terhadap wanita kaum muslimin serta banyaknya pembunuhan, di samping itu mereka juga mencaci maki khalifah Usman, Ali, Tolhah, Zubair, Aisyah dan Muawiyah, maka pada tahun 317 hijriyah, Imam al-Muhajir hijrah ke Hadramaut berserta keluarganya yang berjumlah 70 orang.[4] Ikut serta dalam perjalanan beliau anaknya yang bernama Ubaidillah dan ketiga cucunya Alwi, Jadid dan Basri. Anak Imam Ahmad yang bernama Muhammad tetap tinggal di Iraq untuk menjaga harta Imam Ahmad al-Muhajir, sampai beliau mendapat keturunan dan meninggal di sana.

Dalam majalah al-Rabithah, jilid 5 halaman 296 dijelaskan bahwa, .Imam Ahmad bin Isa hijrah ke Hadramaut tidak untuk mencari kekayaan dunia, karena di Hadramaut tidak ada sesuatu untuk dicari. Barang siapa mendengar berita tentang negeri Hadramaut, maka dapat dikatakan bahwa Sayid Ahmad

Page 4: AL IMAM ISA AR-RUMI

bin Isa dan keturunannya tidaklah hijrah dari negeri Iraq yang subur ke negeri yang tandus dan tidak dapat ditemukan adanya banyak makanan, akan tetapi beliau hijrah bersama keluarga dan anaknya karena menjaga diri dan agamanya dari fitnah dan kekejaman bala tentara kerajaan’.

Sebelum ke Hadramaut, beliau melakukan perjalanan melalui Hijaz pada tahun 317 hijriyah, bersama sebagian maula dan anak pamannya seperti kakek dari keluarga al-Ahadilah dan al-Qudaim, dan pada tahun 318 hijriyah ke Madinah melalui Syam, disebabkan jalan ke Makkah dan Madinah dari Iraq kurang aman. Mereka tinggal di Madinah sampai musim haji untuk menunaikannya dan saat itu kaum Qaramithah telah mengambil Hajar al-Aswad dari tempatnya. Dalam perjalanan haji, al-Imam al-Muhajir bertemu dengan rombongan haji Hadramaut.

Setelah itu al-Muhajir berangkat ke Yaman dan memilih sayid Muhammad bin Sulaiman bin Ubaidillah bin Isa bin Alwi bin Muhammad bin Dhohman bin Auf bin al-Imam Musa al-Kadzim untuk tinggal di Wadi Saham, sebagaimana al-Muhajir memilih seorang dari keluarga al-Qudaim untuk tinggal di Wadi Surdud.

Ketika sampai di Wadi Du’an, al-Muhajir tinggal di Jubail, kemudian pindah lagi ke Hajrain daerah yang mempunyai pemandangan yang indah. Dengan ilmu dan bukti-bukti beliau memberikan pemahaman kepada ahlu bid’ah dan ahlu sunnah di sana sehingga Allah swt mempertemukan kedua kelompok yang bertikai itu di bawah kemuliaan al-Muhajir.

Menurut Muhammad bin Salim al-Bijani, daerah yang pertama kali disinggahi Imam Ahmad adalah Jubail di mana penduduknya mempunyai sifat yang baik dan mereka menerima dengan senang hati kedatangan Imam al-Muhajir. Negeri Jubail terletak di Wadi Du’an yang penduduknya bermadzhab Ahlussunnah dan Syi’ah yang dikelilingi oleh penganut madzhab Ibadiyah. Penduduk Jubail berasal dari suku Kindah dan Sodap. Tidak lama kemudian Imam Ahmad pindah ke Hajrain dan tinggal di sana selama satu tahun. Di Hajrain beliau membeli perkebunan kurma dengan harga 1.500 dinar dan menghadiahkan perkebunan tersebut kepada mawalinya. Kemudian beliau pergi ke desa Bani Jasir dan kemudian ke Husaisah. Di Husaisah beliau menetap sampai wafat. Pengembaraan beliau di Hadramaut di mulai dari tahun 320 hijriyah sampai tahun 345 hijriyah. Beliau hidup pada zaman Daulah Ziyadiyah (Bani Umayah) dan pada zaman Daulah Zaidiyah (al-Hasyimi) di Yaman. Selama di Hadramaut, beliau memerangi kaum Ibadhiyah dan kaum Qaramithah tanpa senjata.

Kemudian beliau pindah ke Husaisah, yang jaraknya setengah marhalah dari Tarim, dan ditempat itu beliau menghabiskan sisa umurnya untuk berda’wah menuju kesatuan pandangan dan kekuatan madrasah alquran dan sunnah berdasarkan manhaj ahlu sunnah wal jamaah. Beliau adalah seorang

Page 5: AL IMAM ISA AR-RUMI

mujtahid dalam ilmu ushul, maka kuatlah manhaj yang membawa kebahagiaan di Hadramaut atas usahanya, sehingga muncul madzhab Imam Syafii yang kemudian menjadi madzhab anak keturunannya dalam bidang furu’. Al-Muhajir wafat dan dikuburkan di Husaisah tahun 345 hijriyah.

Kisah lainnyaAl Imam Ahmad Al-Muhajir berasal dari negara Irak, tepatnya di kota

Basrah. Ketika mencapai kesempurnaan di dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah, bersinarlah mata batinnya dan memancarlah cahaya kewaliannya, sehingga tersingkaplah padanya hakekat kehidupan dunia dan akherat, mana hal-hal yang bersifat baik dan buruk.

Al-Imam Ahmad Al-Muhajir di Irak adalah seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan kehidupan yang makmur. Akan tetapi ketika mulai melihat tanda-tanda menyebarnya racun hawa nafsu disana, beliau lebih mementingkan keselamatan agamanya dan kelezatan untuk tetap beribadah menghadap Allah SWT. Beliau mulai menjauhi itu semua dan membulatkan tekadnya untuk berhijrah, dengan niat mengikuti perintah Allah, "Bersegeralah kalian lari kepada Allah..."

Adapun sebab-sebab kenapa beliau memutuskan untuk berhijrah dan menyelamatkan agamanya dan keluarganya, dikarenakan tersebarnya para ahlul bid'ah dan munculnya gangguan kepada para Alawiyyin, serta begitu sengitnya intimidasi yang datang kepada mereka. Pada saat itu muncul sekumpulan manusia-manusia bengis yang suka membunuh dan menganiaya.

Page 6: AL IMAM ISA AR-RUMI

Mereka menguasai kota Basrah dan daerah-daerah sekitarnya. Mereka membunuh dengan sadis para kaum muslimin. Mereka juga mencela kaum perempuan muslimin dan menghargainya dengan harga 2 dirham. Mereka pernah membunuh sekitar 300.000 jiwa dalam waktu satu hari. Ash-Shuly menceritakan tentang hal ini bahwa jumlah total kaum muslimin yang terbunuh pada saat itu adalah sebanyak 1.500.000 jiwa.

Pemimpin besar mereka adalah seorang yang pandir dengan mengaku bahwa dirinya adalah Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Isa bin Zainal Abidin, padahal nasab itu tidak ada. Ia suka mencaci Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Siti Aisyah dan Muawiyah. Ini termasuk salah satu golongan dalam Khawarij.

Karena sebab-sebab itu, Al-Imam Ahmad Al-Muhajir memutuskan untuk berhijrah. Kemudian pada tahun 317 H, berhijrahlah beliau bersama keluarga dan kerabatnya dari Basrah menuju ke Madinah. Termasuk di dalam rombongan tersebut adalah putra beliau yang bernama Ubaidillah dan anak-anaknya, yaitu Alwi (kakek keluarga Ba'alawy), Bashri (kakek keluarga Bashri), dan Jadid (kakek keluarga Jadid). Mereka semua adalah ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang sufi dan saleh. Termasuk juga yang ikut dalam rombongan beliau adalah para budak dan pembantu beliau, serta termasuk didalamnya adalah kakek dari keluarga Al-Ahdal. Dan juga ikut diantaranya adalah kakek keluarga Bani Qadim (Bani Ahdal dan Qadim adalah termasuk keturunan dari paman-paman beliau).

Pada tahun ke-2 hijrahnya beliau, beliau menunaikan ibadah haji beserta orang-orang yang ikut hijrah bersamanya. Kemudian setelah itu, melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju ke Hadramaut. Masuklah beliau ke daerah Hajrain dan menetap disana untuk beberapa lama. Setelah itu melanjutkan ke desa Jusyair. Tak lama disana, lalu melanjutkan kembali perjalanannya dan akhirnya sampailah di daerah Husaisah (nama desa yang berlembah dekat Tarim). Akhirnya beliau memutuskan untuk menetap disana.

Semenjak menetap disana, mulai terkenallah daerah tersebut. Disana beliau mulai menyebarkan-luaskan As-Sunnah. Banyak orang disana yang insyaf dan kembali kepada As-Sunnah berkat beliau. Beliau berhasil menyelamatkan keturunannya dari fitnah jaman.

Masuknya Al-Imam Ahmad Al-Muhajir ke Hadramaut dan menetap disana banyak mendatangkan jasa besar. Sehingga berkata seorang ulama besar, Al-Imam Fadhl bin Abdullah bin Fadhl, "Keluar dari mulutku ungkapan segala puji kepada Allah. Barangsiapa yang tidak menaruh rasa husnudz dzon kepada keluarga Ba'alawy, maka tidak ada kebaikan padanya." Hadramaut menjadi mulia berkat keberadaan beliau dan keturunannya disana. Sulthanah binti Ali Az-Zabiidy (semoga Allah merahmatinya) telah bermimpi bertemu Rasulullah

Page 7: AL IMAM ISA AR-RUMI

SAW, dimana di mimpi tersebut Rasulullah SAW masuk ke dalam kediaman salah seorang Saadah Ba'alawy, sambil berkata, "Ini rumah orang-orang tercinta. Ini rumah orang-orang tercinta."

AL IMAM UBAIDILLAH BIN AHMAD AL MUHAJIR

Beliau adalah Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga Rasulullah SAW. Beliau seorang imam yang agung dan dermawan, alim dan berakhlak mulia, penuh dengan sifat-sifat kebaikan dan kemuliaan.

Beliau juga seorang yang sangat tawadhu (rendah diri). Karena begitu tawadhunya, beliau tidak menamakan dirinya dengan nama Abdullah, akan tetapi di-tasghir1-kan menjadi Ubaidillah, semata-mata untuk mengagungkan Allah dan berendah diri di hadapan-Nya.

Beliau adalah seorang yang Allah memberikan keistimewaan sifat-sifat yang terpuji pada dirinya. Berkata AS-Sayyid Ali bin Abubakar mengenai diri beliau, Abdullah, orang yang menjaga dirinya dalam agama,paling terkemuka dalam kedermawanan dan keagungan ilmunya.Datuk para keturunan mulia, sumber kedermawanan,dan lautan ilmu, itulah tuan kami yang mulia.

Beliau mengambil ilmu dari ayahnya. Selain itu, beliau juga mengambil ilmu dari para ulama di jamannya. Di kota Makkah, beliau berguru kepada Asy-Syeikh Abu Thalib Al-Makky. Dibawah asuhan gurunya, beliau berhasil menamatkan pelajaran dari kitab gurunya tersebut yang berjudul Guut Al-Guluub.

Tampak pada diri beliau berbagai macam karomah yang dikaruniakan kepada dirinya. Beliau, Al-Imam Ubaidillah, jika meletakkan tangannya pada orang yang sakit, lalu beliau meniupnya dan mengusapkan di tubuhnya, maka

Page 8: AL IMAM ISA AR-RUMI

sembuhlah si sakit itu. Mengenai kedermawanannya, beliau jika menggiling kurma miliknya dan meletakkannya di tempat penggilingan, maka kurma-kurma itu semuanya beliau sedekahkan, meskipun jumlahnya banyak.

Beliau mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya, baik itu di dalam kezuhudannya, ilmunya ataupun ibadahnya. Setelah ayahnya wafat, beliau pindah ke daerah Saml, dan memberikan tanah miliknya ke budaknya yang telah dimerdekakannya yang bernama Ja’far bin Mukhaddam. Tinggallah beliau di kota Saml. Beliau menikah dengan wanita dari daerah tersebut dan dilahirkannya salah seorang anaknya yang bernama Jadid. Sampai akhirnya beliau menutup mata untuk terakhir kalinya di kota tersebut pada tahun 383 H.

kisah lainImam Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali al-

Uraidhi Ja’far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Basrah, dibesarkan dalam lingkungan para ahli ilmu. Dinamakan Ubaidillah karena bentuk tasghir dari Abdullah dan beliau suka dipanggil dengan nama tersebut. Beliau hijrah dari Iraq bersama ayahnya ke kota Madinah kemudian ke Hadramut, bersama beliau ikut serta istri dan anaknya yang paling besar bernama Basri yang mengikuti jejak ayahnya dalam menyebarluaskan ilmu dan berda’wah ke jalan Allah swt. Guru beliau adalah ayahnya sendiri Imam Ahmad bin Isa. Pada tahun 317 hijriyah beliau mengadakan perjalanan ke Makkah dan sekaligus menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Imam Ubaidillah bin Ahmad bin Isa seorang yang hafal hadits, para ulama banyak meriwayatkan hadits darinya. Beliau juga merupakan ulama kenamaan di zamannya. Harta kekayaan beliau berupa perkebunan yang subur dan luas.

Beliau membeli tanah yang luas di Sumal dan Bait Jubair untuk membantunya membiayai kegiatan dalam penyebaran ilmu dan infaq ke jalan Allah swt. Beliau selalu menanamkan kepada anak-anaknya dengan pelajaran atas dasar manhaj ahlu sunnah. Beliau wafat setelah kaidah-kaidah yang dipelopori oleh ayahnya telah tumbuh subur. Beliau wafat di Sumal tahun 383 hijriyah. Di lain riwayat beliau dikuburkan di daerah Najdi dekat dengan kota Boor.

Awal Sufi Di Hadramaut.Pendiri pertama madrasah bani Alawi yang hanya padanya manhaj Saadah

Bani Alawi melekat sebagaimana telah disebutkan ialah al-Imam al-Muhajir yang pada saat itu beliau hidup di tengah-tengah zaman yang penuh fitnah, beliau pula yang pertama kali menumbuhkan dasar-dasar manhaj tersebut. Setelah beliau wafat, manhaj beliau diteruskan oleh anaknya Ubaidillah yang

Page 9: AL IMAM ISA AR-RUMI

hidup di zaman ayahnya dengan menyaksikan berbagai cara beramal dan da’wah, beliau juga merupakan orang pertama yang mengambil ijazah ilmu usul ahlu sunnah wal jamaah di Mekkah dan Madinah. Beliau pergi ke Mekkah diutus oleh ayahnya, dimana hal tersebut merupakan saksi yang agung akan kecintaan al-Imam al-Muhajir terhadap usaha mengembangkan wawasan dengan mengambil pemikiran-pemikiran baru yang tercermin dalam cara berpikir anak-anak dan cucunya sebelum manusia yang lain. Ubaidillah bin Ahmad tidak saja cukup mempelajari ilmu usul dan hadits di Makkah Mukarromah, bahkan beliau mempelajari ilmu tasawuf dan ilmu akhlaq kenabian kepada guru besar ahlu sunnah a-Imam al-Allamah al-Syekh Abu Thalib al-Makki yang wafat pada tahun 386 hijriyah, kepada gurunya beliau membaca kitab Quut al-Qulub, sebagaimana mempelajari ilmu fiqih beliau selalu diijazahkan dari setiap periwayatan dan sanad. Dari sinilah menyambung sanad keluarga Abi Alawi dan madrasah mereka kepada sanad ahlu sunnah.

Untuk masalah ini para ahli sejarah menjelaskannya dalam biografi Ubaidillah bin Ahmad, diantaranya : Ubaidillah bin Ahmad, beliau orang yang pertama kali membawa ajaran tasawuf di Hadramaut, beliau kembali ke Hadramaut pada zaman ayahnya masih hidup, dan ayahnya memberikan izin kepada beliau untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada manusia hingga ayahnya wafat pada tahun 345 hijriyah. Maka kepemimpinan ayahnya berpindah kepadanya. Beliau telah meletakkan tasawuf dalam mimbar ilmu dan da’wah sebagaimana hal tersebut telah dilakukan oleh al-Imam al-Muhajir, sehingga para ulama, ahli syair pada zamannya memuji akan keutamaan ilmu dan kemuliaan serta kedermawanannya, beliau telah berakhlaq seperti akhlaq kakeknya Rasulullah saw.

Dan ketika ayahnya wafat di Husaisah pada tahun 345 hijriyah kekhilafahan ilmu dan da’wah kembali kepadanya, dan masyarakat sangat mengharapkannya di berbagai tempat, dan ini menunjukkan bahwa beliau banyak berda’wah ke pelosok daerah, maka berangkatlah beliau ke desa Sumal dan menghadiahkan semua tanah dan apa yang dimilikinya semua kepada maulanya Ja’far bin Makhdam sebagaimana hal tersebut telah dilakukan oleh ayahnya al-Muhajir, yang membeli perkebunan kurma ketika beliau tiba di Hajrain Hadramaut, kemudian berpindah lagi ke daerah Bani Jusaib sebelum akhirnya beliau menentap di Husaisah. Beliau menghadiahkan semua harta dan perkebunannya kepada maulanya Suwaih yang termasuk maula yang terdahulu ikut serta hijrah dari Iraq. Di Sumal dan di Bait Jubair beliau mengusahakan sumber kehidupan untuknya dan untuk para pengikutnya dengan membeli sebidang tanah pertanian dan perkebunan kurma.

Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad telah mendirikan kaidah-kaidah ilmu dan syariah dan da’wah kejalan Allah swt berdasarkan manhaj berpikir yang telah

Page 10: AL IMAM ISA AR-RUMI

diterima bulat oleh para ulama ahlu sunnah di Hadramaut, dimana saat itu terdapat ulama dari keluarga Abi Fadhol dan dari keluarga al-Khatib di negeri Tarim, sebagaimana sama halnya dengan kaum Khawarij dan beberapa ulama mereka yang mengambil hujjah serta keterangan-keterangan dari uslub yang diajarkan oleh ayahnya dengan cara akhlaq yang mulia tanpa mendahulukan rasa fanatik dan hawa nafsu, sehingga keadaan Hadramaut berubah menjadi negeri ahlu sunnah dikarena beliau, begitu pula pada zaman ayahnya.

Keturunan Imam Ubaidillah.

Silsilah Saadah Bani Alawi al-Husaini yang menetap di Hadramaut sampai hari ini dan yang telah menyebar ke penjuru alam semua bersumber kepada Sayid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Beliau merupakan satu-satunya anak dari keturunan Ubaidillah bin Ahmad yang mempunyai keturunan yang bersambung hingga hari ini. Imam Ubaidillah bin Ahmad mempunyai tiga orang anak : Basri, Jadid dan Alwi.

Basri dan Jadid mempunyai keturunan yang tinggal di Hadramaut dan terputus pada awal tahun 700 hijriyah, hingga tidak ada lagi dari keturunannya yang tercatat dalam silsilah dan biografi keluarga Alawi.

Pengarang kitab Ghuror al-Bahau al-Dhowwiy menulis : Sesungguhnya keluarga Bani Jadid terputus begitu pula keluarga dari Bani Basri, yang hidup paling akhir dari keluarga Jadid ialah seorang wanita di Zubaid yang bernama Jadidah. Alwi bin Ubaidillah mempunyai banyak keturunan yang tersebar di Hadramaut, Yaman, Hijaz, Mesir, Kholij, Indonesia, Afrika Timur, India, Sailan dan negeri lainnya. Dalam hal ini telah ditetapkan nisbah Saadah Bani Alawi kepada asalnya yang diberkahi khususnya sesudah hijrahnya al-Imam Ali bin Jadid ke negeri Iraq.