Download pdf - Asses Ment

Transcript
  • 5/28/2018 Asses Ment

    1/7

    1. PatofisiologiNB: yang dimerahin buat off book.

    SkizofreniaSkizofrenia merupakan gangguan fungsi otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada

    dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan

    psikosis dengan gangguan dasar pada kepribadian. Distorsikhas proses pikir, kadang

    kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar

    dirinya, waham yang kadangkadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu

    dengan situasinya atau yang sebenarnya, danautisme. Meskipun demikian kesadaran yang

    jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu (Arif, 1999).

    TipeTipe Skizofrenia

    a. Skizofrenia TipeParanoidCiri utama skizofrenia tipe ini adalah adanya waham yang mencolok atau halusinasi

    auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efek yang relatif masih terjaga.

    Wahamnya biasanya adalah waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema

    lain misalnya waham kecemburuan, keagamaan mungkin juga muncul (Arif, 1999).

    Kriteria diagnostik untuk skizofrenia tipeparanoid :

    1. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau sering mengalami halusinasi auditorik.2. Tidak ada ciri berikut yang mencolok :bicara kacau, motorik kacau atau katatonik,

    efek yang tak sesuai atau datar.

    b. Skizofrenia TipeDisorganizedCiri utama disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan afek yang

    datar. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak

    berkaitan dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku misalnya :kurangnya

    orientasi pada tujuan dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas

    hidup sehari hari (Arif, 1999).

    Kriteria diagnostik skizofrenia tipe disorganized:

    1. Gejala ini cukup menonjol : Pembicaraan kacau, tingkah laku kacau.2. Tidak memenuhi untuk tipe katatonik.

    c. Skizofrenia TipeKatatonikCiri utama pada skizofrenia tipe katatonik adalah gangguan pada psikomotor yang dapat

    meliputi ketidak-bergerakan motorik, aktivitas motor yang berlebihan, sama sekali tidak

  • 5/28/2018 Asses Ment

    2/7

    maubicara dan berkomunikasi, gerakan gerakan yang tidak terkendali, mengulang

    ucapan orang lain atau mengikuti tingkah laku orang lain (Arif, 1999).

    Kriteria diagnostik skizofrenia tipe katatonik:

    1. Aktivitas motor yang berlebihan.2. Negativisme yang ekstrim (tanpa motivasi yang jelas, bersikap sangat menolak pada

    segala instruksi atau mempertahankan postur yang kaku untuk menolak dipindahkan)

    atau sama sekali diam.

    3. Gerakan-gerakan yang khas dan tidak terkendali.4. Menirukan kata-kata orang lain ataumenirukantingkahlaku orang lain (Arif, 1999).

    d. Skizofrenia tipe residualDiagnosa skizofrenia tipe residual diberikan bilamana pernah ada paling tidak satu kali

    episode skizofrenia, tetapi gambaran klinis saat ini tanpa simtom positif yang menonjol.

    Terdapat bukti bahwa gangguan masih ada sebagaimana ditandai oleh adanya negatif

    simtom atau simptom positif yang lebih halus.

    Kriteria diagnostik untuk skizofrenia tipe residual :

    1. Tidak ada yang menonjol dalam hal delusi, halusinasi, pembicaraan kacau, tingkahlaku kacau atau tingkah laku katatonik.

    2. Terdapat bukti keberlanjutan gangguan ini, sebagai mana ditandai oleh adanyasimtom-simtom negatif atau dua atau lebih simtom yang terdaftar di kriteria A untuk

    skizofrenia, dalam bentuk yang lebih ringan (Arif, 1999).

    e. Skizofrenia tipe undifferentiatedSkizofrenia tipe ini adalah skizoprenia yang tak tergolongkan (TT) jenis ini gejalanya

    sulit untuk digolongkan pada tipe skizofrenia tertentu (Arif, 1999). Dalam kasus ini,

    pasien didiagnosa dengan skizoprenia TT yang artinya pasien mengalami penyakit

    skizoprenia yang taktegolongkan.

    AutismeAutisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditandai dengan

    kesulitan berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal, disertai dengan

    pengulangan tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif. Autisme

    merupakan suatu gangguan perkembangan, yaitu suatu gangguan terhadap cara otak

    berkembang. Akibat perkembangan otak yang salah maka jaringan otak tidak mampu

    mengatur pengamatan dan gerakan, belajar dan merasakan serta fungsi-fungsi vital dalam

    tubuh (NINDS, 2006).

  • 5/28/2018 Asses Ment

    3/7

    Penelitian post-mortem menunjukkan adanya abnormalitas di daerah-daerah yang

    berbeda pada otak. Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada anak

    dengan autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu sebagai neurotransmiter

    yang bekerja sebagai pengantar sinyal di sel-sel saraf. Anak-anak penyandang autism

    dijumpai 30-50% mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah. Perkembangan

    norepinefrine (NE), dopamin (DA), dan 5-HT juga mengalami gangguan (NINDS, 2006).

    2. Etiologi Skizofrenia

    Menurut Maramis (1997) etiologi skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan teori somatogenik

    dan teori psikogenik. Teori somatogenik yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia

    dalam kelainan alamiah yang meliputi:

    a.Keturunan

    Dapat dipastikan ada factor keturunan yang juga menentukan timbulnya skizofrenia.

    Disangka bahwa potensi untuk mendapat skizofrenia diturunkan (bukan penyakit itu sendiri)

    melalui generasif.

    b. Metabolisme

    Ujung esktermitas sianosis, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.

    c. Susunan saraf pusat

    Pada susunan saraf pusat letaknya diensefalon atau korteks otak, tetapi kelainan patologis

    yang ditemukan itu mungki disebabkan oleh perubahan- perubahan post mortem atau

    merupakan artefak pada waktu membuta sediaan.

    d. Endokrin

    Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu

    pubertas, kahamilan atau puerperium dan waktu klimaksterium. Tetapi hal ini tidak dapat

    dibuktikan.

    (Maramis, 1997)

    Gejala- Gejala Skizofrenia

  • 5/28/2018 Asses Ment

    4/7

    a. Gejala Positif Skizofrenia:1. Delusiatau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah

    dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita

    tetap meyakini kebenarannya.

    2. Halusinansi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan. Misalnyapenderita mendengarbisikan - bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari

    bisikan itu.

    3. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranyakacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

    4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangatdan gembira berlebihan.

    5. Merasadirinya Orang Besar, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya. 6. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.7. Menyimpan rasa permusuhan (Corwin, 2000).

    b. Gejala Negatif Skizofrenia :1. Alamperasaan tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat

    dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

    2. Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan oranglain, suka melamun.

    3. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.5. Sulit dalam berfikir abstrak.6. Tidak ada / kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif dan serbamalas

    (Corwin, 2000).

    AutismeGejala autism antara lain hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya yang berupa

    tidak adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio emosional, yang tampak sebagai

    kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan atau kurang modulasi terhadap perilaku

    dalam konteks sosial; buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan lemah dalam integrasi

    perilaku sosial, emosional dan komunikatif; dan khususnya, kurang respon timbal balik sosio-

    emosional. Selain itu juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi yang berupa

    kurangnya penggunaan sosial dari kemampuan bahasa yang ada; hendaya dalam permainan

  • 5/28/2018 Asses Ment

    5/7

    imaginatif dan imitasi sosial; buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal balik

    dalam percakapan; buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan relative kurang dalam

    kreatifitas dan fantasi dalam proses pikir; kurangnya respon emosional terhadap ungkapan

    verbal dan nonverbal orang lain; hendaya dalam meggunakan variasi irama atau tekanan

    modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan

    komunikasi lisan (IDAI et al, 2006).

    FAKTOR PENYEBAB

    1. Faktor Genetik

    Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit genetik

    yang sering dihubungkan dengan autisme adalah tuberous sclerosis (17-58%) dan sindrom

    fragile X (20-30%). Disebut fragile-X karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh

    adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan diujung akhir lengan panjang

    kromosom X 4. Sindrome fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X

    terangkai) yaitu melalui kromosome X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti

    penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bisa digolingkan sebagai dominan

    atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat (carrier)

    (Pusponegoro, 2003).

    2. Ganguan pada Sistem Syaraf

    Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua

    struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otakkecil. Hampir semua

    peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada\ autisme. Berkurangnya sel

    purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson, glia dan myelin sehingga terjadi

    pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknyapertumbuhan akson yang abnormal dapat

    menimbulkan sel purkinye mati. Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan

    motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini rusak

    atau terganggu maka akan mengganggu fungsi bagian lain dari sistem saraf pusat, seperti

    misalnya sistem limbik yang mengatur emosi dan perilaku (Pusponegoro, 2003)

    3. Ketidak seimbangan Kimiawi

    Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan dengan

    makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu,seperti bahan-

    bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula, bahanpengawet, penyedap rasa,

    bahan pewarna, dan ragi. Untuk memastikan pernyataan tersebut, dalam tahun 2000 sampai

    2001 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 120 orang anak yang memenuhi kriteria

    gangguan autisme menurut DSM IV. Rentang umur antara 110 tahun, dari 120 orang itu 97

  • 5/28/2018 Asses Ment

    6/7

    adalah anak laki-laki dan 23 orang adalah anak perempuan. Dari hasil pemeriksaan diperoleh

    bahwa anak anak ini mengalami gangguan metabolisme yang kompleks, dan setelah

    dilakukan pemeriksaan untuk alergi, ternyata dari 120 orang anak yang diperiksa: 100 anak

    (83,33%) menderita alergi susu sapi, gluten dan makanan lain, 18 anak (15%) alergi terhadap

    susu dan makanan lain, 2 orang anak (1,66 %) alergi terhadap gluten dan makanan lain.

    Penelitian lain menghubungkan autism dengan ketidakseimbangan hormonal, peningkatan

    kadar dari bahan kimiawi tertentu di otak, seperti opioid, yang menurunkan persepsi nyeri

    dan motivasi (Budiman, 2003).

    4. Kemungkinan Lain

    Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak seperti virus rubella

    yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak. Kemungkinan yang lain

    adalah faktor psikologis, karena kesibukan orang tuanya sehingga tidak memiliki waktu

    untuk berkomunikasi dengan anak, atau anak tidak pernah diajak berbicara sejak kecil, itu

    juga dapat menyebabkan anak menderita autisme(Budiman, 2003)

    3. DRP4. Pada kasus ini, pasien telah mendapatkan pengobatan antara lain :

    Obat Dosis FrequensiTanggal

    22 25 26 27 28 29

    THP 2 mg 2x1 tab v

    Amitriptilin 25 mg 2x1 tab v v v v v

    Stelasin 2,5 mg 2x1 cap v v v v v v

    HLP 4,5 mg 2x1 cap v v v v

    THP 2,5 mg 2x1 capv v v v v v

    ECT (6x) v v

    5.6. Assesment DRP dari terapi yang diberikan di atas adalah :

    Tgl Subyektif Obyektif Assesment

    22 Riwayat THP -

    DRP : wrong dose (dosis terlalu tinggi)

    Penggunaan THP di awal seharusnya 1-2 mg/hari,

    kemudian hari berikutnya ditingkatkan menjadi 3-5mg/hari (Tatro, 2003).

  • 5/28/2018 Asses Ment

    7/7

    22Riwayat

    Amitriptilin-

    DRP : wrong dose (subterapi dosis)

    Penggunaan Amitriptilin seharusnya 100-300mg/hari

    (Tatro, 2003).

    22Riwayat HLP

    (Haloperidol)

    Gejala positif :

    ganas,

    meraung-raungGejala negative:

    Tidak berbicara,

    kurang

    konsentrasi,

    sering lupa

    DRP : Untreated indication

    Gejala negative tidak terindikasi

    28 Riwayat ECTSchizofrenia Tak

    Tergolongkan

    DRP : Wrong Drug

    Penggunaan ECT yang tidak perlu, karena pasien tidak

    termasuk dalam kriteria indikasi penggunaan ECT,

    selain itu pasien juga masih dalam monitoring drug

    (Husmawati, 1999).

    .Available:http://www.ninds.nih.gov/disorders/autism/autism.htm#What_is diakses tanggal

    22 Maret 2014)

    Ardi Ardani et al. 2007.Psikologi Klinis. Yogyakarta: GrahaIlmu

    Arif, dkk. 2006.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius.

    Budiman, Melly, (2003), Gangguan Metabolisme pada Anak Autistik di Indonesia,

    (makalah), Jakarta: Konferensi Nasional Autisme-I.

    Corwin, EJ. 2000.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Dipiro, Joseph T., et all. 2008. Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach 7 Ed.New

    York : McGraw-Hill Companies, Inc.

    Husmawati, 1999. Makalah Penatalaksanaan ECT. Tidak diterbitkan

    Maramis, WS. (1997), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlasngga University Pers,

    Suarabaya.

    NINDS Autism Information Page, 2006. National Institute of Neurological Disorders

    and Stroke (NINDS).

    Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Ikatan Dokter Anak

    Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

    2013. Konferensi Nasional Autisme-I Jakarta.

    Pusponegoro, Hartono D, (2003), Pandangan Umum mengenai Klasifikasi Spektrum

    Gangguan Autistik dan Kelainan Susunn saraf Pusat (makalah), Jakarta:Konferensi

    Nasional Autisme-I

    Tatro, David S., PharmD, 2003,A to Z Drug Facts, Facts and Comparisons, San Franscisco.


Recommended